Buletin Madrasah Aliyah Al-Ittifaqiah 2

Tanjung Lubuk, 7 Oktober 2023
Oleh : Muhammad Yusuf, M.E (Waka Bid. Kurikulum)

Sebagai manusia kadang berani bersikap lancang. Merasa tahu hakikat yang baik dan yang buruk bagi manusia. Bahkan merasa lebih tahu dari Allah SWT, lalu berani menyingkirkan petunjuk Allah SWT (Islam). Bahkan mengajak manusia lainnya untuk menyingkirkan Islam dari kehidupan mereka.

Padahal Allah lah yang maha tahu atas hakikat yang baik dan yang buruk untuk manusia. Sebaiknya, pandangan dan penilaian manusia sering salah. Acapkali manusia memandang sesuatu itu baik sehingga dia disukai, padahal sejatinya hal itu buruk bagi dirinya. Sebaliknya manusia acapkali memandang sesuatu itu buruk sehingga dia dibenci, padahal hakikatnya sesuatu itu justru baik bagi dirinya. Allah SWT berfirman:

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya: …………boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian, boleh jadi pula kalian menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah SWT mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui.     (QS. Al Baqarah :216)

Imam Abu Manshur al-Maturidi di dalam Ta’wilat ahli as-Sunnah menjelaskan, “Wallahu Ya’lamu wa antum la ta’lamun” bermakna: Allah mengetahui apa saja yang baik dan yang buruk untuk kalian pada masa deapan, sementara kalian tidak tahu.

Imam Ibnu Katsir di dalam tafsir ibni katsir juga menegaskan “Wallahu Ya’lamu wa antum la ta’lamun” bermakna: dia maha tahu atas akibat perkara kalian, dia pun maha tahu atas apa saja yang di dalamnya ada kebaikan bagi kalian di dunia dan akhirat. Karena itu penuhilah seruanya dan patuhilah perintahnya supaya kalian mendapat petunjuk.

Dengan demikian apa saja yang Allah berikan untuk manusia di dunia ini berupa syariahnya pasti baik untuk manusia dan kehidupan. Yang harus dilakukan oleh manusia tidak lain adalah menaati dan sibuk merealisasikan syariah itu di tengah-tengah kehidupan mereka.

GHIRAH UMAT ISLAM

Akhir-akhir ini ghirah (semangat) umat Islam untuk memenuhi seruan Allah SWT dari hari ke hari makin meningkat. Umat Islam pun makin bersemangat untuk mengamalkan dan mengupayakan penerapan syariahnya di tengah-tengah kehidupan mereka.

Sayang, di tengah suasana ghirah umat itu, beberapa waktu lalu muncul gagasan agar pelajaran Agama dihilangkan dari mata pelajaran di sekolah. Agama cukup diajarkan oleh orang tua masing-masing atau oleh guru Agama di luar sekolah. Alasannya, jika agama diajarkan disekolah maka siswa akan dibedakan ketika pelajaran agama. Dengan itu sekolah tanpa sadar telah menciptakan perpecahan, pelajaran agama disekolah juga dinilai menguatkan identitas agama. Menurut sang penggagas, jika agama dijadikan idendtitas amak ia akan menguatkan radikalisme, sementara radikalisme itu menjadi biang kehancuran negeri ini.

Gagasan itu tentu saja mendapat banyak penolakan. Meski begitu, jika ditelusuri, gagasan itu bukanlah yang pertama kali bahkan sudah muncul beberapa kali sebelumnya. Artinya, lontaran gagasan itu bukanlah hal baru. Substansi dari gagasan itu tidak lain adalah sekularisme dan sekularisasi pendidikan khususnya. Seruan itu berusaha menempatkan agama sebagai urusan pribadi (privat dan personal). Seruan itu juga mengajak agar agama tidak diikutikan dalam kehidupan publikj, termasuk harus disingkirkan dari kehidupan politik.

 Seruan ini jelas bertolak dala Islam. Pasalnya, kita justru diperintahkan oleh Allah SWT untuk masuk Islam secara kesluruhan atau total. Allah Swt pun memperingatkan kita agar kita tidak mengikuti langkah-langkah setan.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (QS al Baqarah. 208)

Seruan untuk menghapus pelajaran Agama (Islam) dari kurikulum sekolah jelas merupakan bagian dari mengikuti langkah dan jalan setan. Pasalnya itu artinya kita diseur untuk tidak masuk Islam secara total. Jika seruan itu keluar dari orang kafir tentu wajar. Sebaliknya, tentu sangat aneh jika seruan itu keluar dari atau didukung oleh seorang Muslim.

Karena itu gagasan agar Agama (Islam) tidak perlu diajarkan disekolah mudah dipahami sebagai upaya melakukan deislamisasi. Tujuannya jelas untuk memadamkan ghirah kaum Muslim dan menjauhkan mereka dari Islam. Tidaklah berlebihan jika gagasan itu dinilai sebagai ekspresi islamphobia.

ISLAM: SOLUSI, BUKAN SUMBER MASALAH

Selama puluhan tahun tidak ada permasalahan dengan Agama di negeri ini khususnya Islam sebagai Agama dengan pemeluk Mayoritas. Baru beberapa tahun belakangan saja dimunculkan isu seoalah-olah Agama (Islam) atau seruan dan kajian keIslaman menjadi pemicu radikalisme, perpecahan dsb.

Padahal radikalisme bukanlah persoalan inheren dalam islam. Isu atau tuduhan radikalisme lebih merupakan framing dari pihak luar untuk menyudutkan Islam atau mengahalangi geliat umat Islam dan kebangkitan mereka. Bias diduga, tujuan akhir dari isu radikalisme itu adalah untuk makin menjauhkan Islam dari kehidupan. Dengan itu Islam dan Umat Islam tidak tidak menghalang-halangi agenda liberlisme dan penjajahan Barat. Itu persis seperti dulu penjajah belanda menggunakan terma radikalisme untuk menyudutkan siapa saja kebanyakan dari kalangan umat Islam yang menentang penjajahan Belanda.

Begitu pun sekarang ini isu radikalisme awalnya dimunculkan dan terus dinyanyikan oleh Barat. Ini seiring dengan mulai tampaknya kebangkitan umat islam dan penolakan mereka terhadap ideology kapitalisme dan liberalism serta penjajahan Barat. Lalu isu radikalisme itu disuntikan ke tubuh kaum Muslim diberbagai negeri Islam dengan berbagai jalan cara. Akhirnya, isu radikalisme ini pun dinyanyikan dan dimainkan oleh mereka yang secara sadar ataupun tidak menjadi agen Barat.

Tuduhan Islam menjadi penyebab perpecahan dan persoalan juga hanya sekadar tuduhan tanpa bukti. Kekisruhan politik yang ada tidak pernah terbukti disebabkan oleh islam. Faktanya, tak jarang kisruh diakibatkan oleh proses demokrasi, kecurangan dan persaingan memperebutkan kekuasaan yang menggunakan cara-cara machiavelis. Banyaknya korupsi juga tidak ada hubungannya sama sekali dengan Islam. Sudah banyak sekali ahli yang mengatakan, maraknya korupsi diantara factor utamanya adalah proses demokrasi yang mahal.

Adannya ketimpangan antara warga dan antar daerah rakyat tidak merasakan kemakmuran dari melimpahnya kekayaan alam. Makin menggunungnya hutang Negara, makin kuatnya cengkraman asing dan kapitalis. Adanya segudang problem ekonomi, semua itu pun bukan karena Islam, tetapi justru karena penerapan system di luar islam yakni kapitalisme dan liberalism.

Artinya, berbagai kerusakan yang terjadi itu bukan karena islam, tetapi justru karena penerapan system selain islam, dengan meninggalkan fakta islam dan syariahnya. Fakta-fakta jelas menunjukkan yang demikian. Allah SWT pun sudah memperingatkan kita dalam firmannya:

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى

Artinya: Siapa saja yang berpaling dari peringatanku, sungguh bagi dia kehidupan yang sempit dan kami akan menggumpulkan dia pada hari kiamat nanti dalam keadaan buta… (QS Thaha. 124)

Makna berpaling dari peringatanku adalah menyalahi perintahku dan apa saja yang aku turunkan kepada Rasulku, melupakannya dan mengambil petunjuk dari selainnya (Ibnu Katsir, tafsir Al qur’an-Azhim V/323).

Berbagai kerusakan yang terjadi itu tentu mendatangkan akibat buruk bagi masyarakat secara keseluruhan. Sejatinya itu baru sebagian dari akibat kerusakan yang disebabkan manusia berpaling dari Islam dan syariahnya. Allah SWT menimpakan sebagian dari akibat kerusakan itu agar manusia bertobat dengan kembali pada islam dan Syariahnya, Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Artinya: telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah SWT menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. (QS ar Rum. 41)

Jelas, gagasan untuk menghapus pelajaran Agama dari kurikum sekolah hanya akan menambah dan memperparah keruskan. ada pelajaran agama saja, banyak terjdi problrm di masyarakat, khususnya dikalangan pelajar, apalagi jika pelajaran agama dihapus. Jika ingin memperbaiki kondisi pelajar dan kehidupan masyarakat, pelajaran Agama mestinya ditambah lagi sebagai jam pelajaran khusus ataupun diinternalisasikan dalam berbagai pelajaran lainnya.

Lebih dari itu, untuk menyelesaikan aneka problem dan memperbaiki kehidupan masyarakat, yang harus dilakukan justru kembali pada jalan Islam, yaitu dengan menerapkan syariah Islam secara keseluruhan sebagaiman dinyatakan fdalam firman Allah SWT di atas. Inilah sesungguhnya yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab umat Islam yang harus segera diwujudkan di tengah-tengah kehidupan.

Wallah a’alam bi ash-shawab.

HIKMAH
Allah SWT berfirman:
وما أرسلناك إلاّ رحمة للعالمين
“Tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai Rahmat bagi Semesta Alam” (QS. Al Anbiya.107)

TIM REDAKSI
Penasehat: Drs. KH. Mudrik Qori, M.A
Penanggung Jawab: Akip, M. S. I
Pemimpin Redaksi: Muhammad Yusup, M. E
Redaksi Pelaksana: M. Iqbal, S. Sos. I, M. Pd
Editor: Yunizar, S. Ag
Desain Grafis&Layouter: Irawan Zukna, S. Kom